Tak disangka bahwa jalan kenari jadi rebutan pihak swasta dan pemkot surabaya. Tahun 60an, tempat tinggal dan bermain saya. Samar samar ingatan peristiwa demi peristiwa. Biasanya sore hari jalan jalan ke daerah genteng kali, sampai ke pasar, kemudian memutar melewati jalan utama sampai tunjungan.
Tetangga depan rumah, punya pohon kedondong. Pohonnya tinggi, buahnya banyak. Sampai bosan makan rujak kedondong. Pagi berangkat sekolah di seberang Kali (daerah Genteng pinggir sungai/kanal), naik becak langganan yang sudah menunggu depan rumah. Lupa nama pengemudinya.
Ujung jalan ada warung, jualan pisang goreng dan es campur. Rasanya paling enak sedunia. Warung itu milik orang Madura. Isterinya jualan, suaminya tukang parkir. Dekat situ, seberang jalan, tetangga kami punya pohon Kersyen, buahnya merah, manis. Kalau tak salah keluarga Minahasa. Kami sering main ke sana di sore hari. Beli pakaian di toko Sentral, atau toko Nam, atau toko toko di pasar Tunjungan (waktu itu seingat saya disebut pasar, ada lorong dan kios tempat berjualan). Adapula toko besar segala ada seperti Siola (sampai sekarang masih ada, hanya berubah fungsi jadi museum).
Jalan jalan kota Surabaya, pasti naik becak. Makan lontong balap dan tahu tek tek di depan bioskop Arjuna di embong malang. Makan soto! Di hampir semua warung madura jualan soto. Tinggal pilih. Rasanya relatif sama. Sama enaknya. Lalu rawon pun demikian.
Sampai tahun 70an, setelah kami pindah Jakarta,. Masih beberapa kali ke surabaya. Menginap di rumah jalan Kenari yang kala itu sudah ditempati oleh om dan tante saya. Jalan jalan, dengan mobil, keliling Surabaya, dari Wonokromo sampai Tugu Pahlawan, dari pantai Kenjeran sampai Kebun Binatang.
Puluhan tahun kemudian, Surabaya berubah. Makin meluas, penduduk makin banyak, barangkali sudah tidak kelihatan batasan dengan kota penyangga seperti Sidoarjo, Gresik, Mojokerto.
Jalan jalan sekitar Kenari, pasar genteng, embong malang, dalam lingkaran yang lebih luas, Kaliasin (tempat lahirnya Super Grup Rock AKA), Blauran, Gubeng, Darmo, bahkan Ngagel di ujung yang satu dan Perak (kompleks Pangkalan Angkatan Laut) di ujung lainnya terasa dekat. Baru menyadari jalan Kenari itu ada di tengah kota. Tidak mengherankan menjadi rebutan Pemkot dan pihak swasta.
No comments:
Post a Comment