Tuesday, 16 July 2019
tito adonis: Ilmu kebal
Ilmu kebal
Sampai sekarang ilmu kebal seperti lembu sekilan, tameng waja berguna untuk menangkis serangan. Bukan serangan fisik, tapi serangan hoaks. Biar dapet ilmu itu, tidak perlu puasa empat puluh hari seperti zaman nenek moyang, tidak perlu berendem di air kembang tujuh rupa selama tujuh hari tujuh malem.
Rajin update penangkal hoaks, tanya sana sini ke para mpu sakti mandraguna soal menangkis serangan. Berguru dari pengalaman. Tidak disarankan keluar masuk hutan, bertapa dalam goa tunggu wangsit. Tanyakan langsung pada Mpu Nggoogle, langsung keluar kitab penangkal hoaks. Kurang puas, bisa tanyakan saudara seperguruan padepokan whatsapp.
Pengalaman yang baik, jangan menyebarkan berita yang meragukan. Walaupun berita itu ada cap jempol kerajaan, belom tentu berita benar. Kalaupun terjebak, keluarkan aji gelap ngampar, yang sekali teriak bikin lawan sempoyongan, atau rog rog asem yang bikin runtuh pertahanan lawan.
Percayalah!!
Pesta Pernikahan
Sabtu minggu lalu hadir acara akad dan resepsi nikah anak perempuan sahabat kami. Kami biasa panggil sahabat kami itu Belis dan Nces. Nama yang rada aneh, tetapi ya begitulah panggilan dalam pergaulan teman sebaya. Aneh tapi nyata.
Acara sederhana, yang diundang hanya kalangan kerabat dekat. Kami masuk kategori kerabat sepermainan. Tidak glamour, tapi tetap indah. Acaranya, suasana, musik dan cuaca cerah yang mendukung. Bunga yang serba putih, tidak berlebihan tapi pas mengatur di mana bunga bunga itu harus ada.
Kalau hanya tinjauannnya ilmu hayat, bunga identik dengan alat reproduksi seksual pada tumbuhan (yang berbunga). Di situ ada benang sari dan putik sebagai alat reproduksi.
Tapi maksud yang terkandung pada bunga bukan cuma itu, apalagi kalau dimaknai secara budaya. Istilah "katakan dengan bunga". Ungkapkan isi hati tanpa berkata kata, hanya memberi bunga bisa cerita sejuta makna.
Konon katakan dengan bunga itu sudah ada pada kebudayaan Mesir kuno, dua ribu tahun lalu. Dengan teratai putih bangsa Mesir menunjukkan kesucian bangsanya. Indonesia mengungkapkan mawar merah dan melati putih menyimbolkan berani dan suci. Kesebelasan sepakbola Uni Sovyet membawa bunga membuat media Inggeris memberi nilai positif dan simpati pada Sovyet saat "perang dingin". Belanda memamerkan musim bunga tulip menjadi ikon negaranya sekaligus untuk menarik wisatawan.
Sama halnya menghias bunga di pagar dan taman, meja dan kursi, gedung dan ruangan pada peristiwa pernikahan agar suasana hangat, akrab, indah, sejuk dipandang, menawan, menunjukkan peristiwa khusus, tidak seperti biasa, ini luar biasa, bukan sehari hari, tapi hari yang istimewa. Bahkan menghias bunga di mobil pengantin adalah bagian dari peristiwa yang spesial. Sekali seumur hidup. Boleh jadi bagi yang punya hajat, bunga bunga itu membawa pesan cinta, suci dan sakral.
Katakan dengan bunga sungguh punya pengaruh besar, memberi imej suasana persahabatan dan cinta. Seperti yang saya lihat pada hajatan nikah anak perempuan sahabat kami di Bandung minggu lalu.
Monday, 15 July 2019
tito adonis: tito adonis: WAG RT
Sunday, 14 July 2019
ilmu kebal
Wednesday, 10 July 2019
tito adonis: Oman Hobi Mancing
tito adonis: WAG RT
tito adonis: Tanah Air Beta
Tuesday, 9 July 2019
tito adonis: Sofa
tito adonis: Dia (sambungan cerita sebelumnya)
tito adonis: Dia
tito adonis: Guru Dansa
Guru Dansa
Sunday, 7 July 2019
Harlam 2
Mau tau asal muasal nama Lotte?
Org2 Belanda pd manggil mami Charlotte krn mami fasih bhs Belanda
Tapi papi jaman sekolah di van lith ada sisi nakalnya lho...pernah bolos sama teman2nya mata pelajaran tertentu. Ngumpet di kebon pisang belakang sekolah.
Ketauan sama bruder, dihukum sapu dan pel kelas.
Papi yg cerita ke aku.
Papi kan jebolan Van Lith Muntilan, pasti cool. Diajarin etika dan seni di sekolah Belanda.
Mami pasti dulu kelincahan dansa dansi deh...
Makanya papi minta kenal sm eyg Karman yg wkt itu diJombang...jadilah papi n mami keJombang....kenalan sm eyg Karman..kyknya papi mau serius hubungannya sm mami
Papi itu diam gak sradak sruduk spt tmn2 AL yg lain....klo sekrg x istilahnya..papi cool.
Kata mami(baru diwawancara)
Mami dulu ngajar dansa dikantin jd salah satu asistennya Balthazar,org Philipina..tempat itu sering didatangi sm perwira2 AL.
Nah mami kenal papi ditempat itu
Jl. Wuni itu dekat jln Ondomohen. Dr arah Zangrandi ke Yos Sudarso menuju gedung kotapraja belok kiri sdh jln ondomohen lanjut belok kiri lagi itu jl Wuni.
Betul pakde Kadim dulu Gubernur militer se Jawa Timur. Kata mamie aku sering diculik bude Kadim kermhnya.
Eyang dulu itu pelatih dansa di panti perwira AL yg gedungnya ada di perempatan tugu Pahlawn dpn lampy merah. Byk perwira AL yg minta diajari eyang. Opung menurut eyang yg paling pendiam. Eyang kesengsem sm opung krn stlh berkenalan n tahu kalau bpknya eyang sdh meninggal menanyakan dimn kuburannya n minta diantar kesana utk ziarah. Lho perwira ini koq beda y dg yg lain.
Dia
Masa kecilnya, di daerah Simpangdua, waktu itu di pinggir kota Pematang Siantar, di simpang jalan ke arah Parapat dan Kabanjahe. Sekarang tepatnya di Jembatan Timbang. Tak banyak yang tahu cerita masa kecilnya, suatu kali dia hanya menyebut tetangganya, sahabat sebayanya bernama Filips. Entah di mana Filips atau keturunannya berada. Bahkan olehnya tidak disebut nama marga sahabatnya itu.
Bapaknya bekerja di apotik, atau yang berhubungan dengan meracik obat. Pekerjaannya pindah pindah dari perusahaan satu ke lainnya. Tempatnya bekerja adalah di perusahaan Belanda yang kala itu masih dalam tata aturan pemerintah Hindia Belanda. Hal yang pasti pekerjaan orangtuanya berhubungan dengan obat. Sampai akhir hayat, bapaknya menyandang status pegawai Rumah Sakit Pemerintah pemerintah (Indonesia) Di Medan.
Dia pindah ke Medan, ikut orangtuanya, menyelesaikan Hollandsch-Inlandsche School atau HIS yakni sekolah setingkat Sekolah Dasar Belanda untuk bumiputera pada zaman Hindia Belanda. Agak rancu apakah Sekolah dasar Negeri atau Swasta Katolik. Sebab setamat SD, seorang pastor Katolik berencana mengirim dia ke Jawa untuk melanjutkan sekolah. Kemungkinan besar dia berpretasi sehingga dipilih.
Hal yang paling diingat olehnya adalah ketika keluarga besarnya mengantar dia ke Belawan, pelabuhan terdekat dari kota Medan. Keluarga di Medan dan di Siantar semua turut mengantar berangkat ke Jawa. Dia menggambarkan waktu keberangkatannya seperti “naik haji”, sanak saudara, kerabat handai taulan ikut mengantarnya. Dia tidak sendiri. Ada beberapa anak dari sekolah lain yang juga dikirim ke Jawa. Juga dari mereka diantar oleh keluarga besarnya. Beberapa anak, tamat SD usia 12-13 tahun dikirim ke Jawa pada tahun 1938-39. Seingatnya, sebulan dia bersama teman seangkatannya berada di Jakarta, lalu dengan kereta api menuju Muntilan, sekolahnya di Jawa.
Pasti ada culture shock pada dirinya yang masih kecil berhadapan dengan dunia yang tidak diketahui sebelumnya. Atau tahu hanya pada pelajaran Ilmu Bumi saja, bahwa ada pulau Jawa, selain pulau Sumatra. Misalnya ia mengenal kereta kuda namanya delman, tetapi di daerah baru namanya andong. Juga soal cita rasa makanan yang beda, Sumatra dan jawa. Sayangnya tidak banyak hal seperti ini diceritakan olehnya.
Masa sekolah, tidak banyak diceritakan. Hanya pada jam pelajaran music dia banyak cerita. Setiap murid wajib menguasai satu alat music. Dia memilih biola. Beberapa kali mengadakan konser music klasik sebelum akhirnya pecah perang pacific. Murid murid termasuk dia dan angkatannya tidak selesai sekolah. Kawan kawan yang masih diingat di sekolah itu antara lain, Simatupang yang menjadi guru di sekolah katolik Stela Duce Yogyakarta. Liberty Manik, Binsar Sitompul dan Cornel Simanjuntak yang menjadi pengarang lagu.
Tak ada harapan kembali ke sekolah, Dia memilih bekerja pada Angkatan Laut Jepang (Kaigun), kemudian menjadi cikal bakal Angkatan Laut Republik Indonesia. Markasnya di batalyon Pasuruan-Probolinggo. Beberapa kali membawa kapal logistik Jepang ke daerah timur Indonesia.
Melewati zaman Jepang dan revolusi fisik, dia tetap bekerja di angkatan laut dengan pangkat letnan satu. Tahun 1950 dia cuti pulang kampung ke Medan, mencari orangtuanya terputus komunikasi surat menyurat akibat perang. Ketemu.
Dia (sambungan cerita sebelumnya)
Konon berita kedatangannya cepat tersebar. Sehingga dalam sekejap, sanak saudara berdatangan ke rumah itu. Rumah mendadak penuh orang. Rincian cerita pertemuan tak ada. Tetapi bisa membayangkan pertemuan antara anak yang tak ada kabar beritanya, yang dianggap tak akan kembali lagi, dengan orangtua serta pertalian keluarga yang lain. Kebahagiaan keluarga Medan dan Pematang Siantar adalah menemukan anaknya kembali.
Beberapa tahun kemudian dia kembali lagi ke Medan. Menjabat Komandan Pangkalan Angkatan Laut BelawanTahun 1955. Saat itu sudah menikah punya dua anak perempuan. Isteri dan dua anaknya diperkenalkan pada keluarga besarnya. Keluarga sudah tahu dia sudah menikah dan sudah punya anak melalui surat menyurat. Tetapi cerita keluarga baru itu pasti menjadi agenda utama kumpul keluarga besar. Apakah kisah pertemuan dia dan isterinya diceritakan pada saat temu keluarga, tidak tahu.
Tinggal di Belawan, tapi sering kunjungi orangtua di Medan, atau sebaliknya. Entah gagasan dari orangtuanya, atau dari dirinya, ada rencana melaksanakan perkawinannya secara adat batak. Karena isterinya boru jawa, maka mesti dijadikan boru salah satu marga di Batak, biasanya dari marga keluarga ibunya. Sepakat dan setuju isteri akan adati menjadi boru siahaan dijadikan anak perempuan abang ibunya, atau anak perempuan tulangnya yang tinggal di Kabanjahe.
Perkawinan adat diadakan di Kabanjahe. Di situ hadir pihak se marga, pihak Boru dan pihak hula hula yang menjalankan peran secara fungsional. Prinsip dalihan na tolu dimanapun tetap berlaku untuk mengikat tali perkawinan. Demikian pula acara perkawinan nya. Tidak ada gambaran perkawinan adat saat itu. Katanya dilakukan secara sederhana. Seperti apa sederhana itu, tidak ada ceritanya. Tapi mengingat dia itu super hemat. Jadi kalau dibilang sederhana, pasti sederhana dalam arti sesungguhnya.
Sepanjang karir di angkatan laut, dia lebih banyak di luar rumah. Tugas patroli dari pulau ke pulau. Dia di Makassar saat Trikora, setelah 65 dikaryakan di perusahaan pelayaran. Tidak melanjutkan di Angkatan Laut, malah pilih pensiun dini tahun 1970.
Dia pensiun lebih banyak di rumah, di Jakarta. Menjadi bapak rumahtangga, mengurusi anak anak untuk disiplin buat pekerjaan rumah, antar jemput anak perempuannya sekolah. Urusan mulai dari air, listrik telepon diatur dengan cara yang ketat, hemat.
Setiap malam nonton televisi, terutama acara sepakbola sampai dini hari. Membaca buku biografi, koran, majalah. Apa saja yang bisa dibaca. Dia memang kutu buku. Keponakannya asal Semarang pernah cerita "om itu baca koran dari pagi sampai siang, dia membaca semua isi koran. Iklan pun dibaca satu per satu."
Gaya hidupnya berubah, dulu pendiam tetapi sejak pensiun malahan banyak ngomong. Tidak ada yang luput dari ngobrol 1, dari tukang sayur, becak, parkir, kawan angkatan laut, dengan adik adiknya, ipar iparnya, anak anaknya ditelpon sekedar mau ngobrol. Di mana saja, asal ada kesempatan dia ngobrol.
Main biola malam hari di teras rumah. Nyanyi lagu seriosa di kamar mandi. Dengar musik klasik dari plaat dan kaset kiriman kawan kawannya dari luar negeri. Nyopir adalah hobinya. Jalan jalan ke jawa, Jogja, Solo, Surabaya dan daerah di Jawa lainnya, kunjungi kawan sekolah, kerja, gereja dan lainnya dengan mengendarai mobil sendiri atau ditemani montir.
Tidak pernah lagi ke Sumatra. Sewaktu ditanya kenapa tidak mau berkunjung ke tempat lahirnya di Pematang Siantar? Jawabnya nggak punya duit. Memang biaya hidup keluarga hanya dari gaji pensiun. Dia menyibukan diri menjadi pengurus Dewan Paroki Gereja. Mengantar isterinya yang aktif menjadi pengurus Wanita Katolik di Jakarta.
Hanya satu yang tak berubah dari dirinya. Ia selalu memanggil isterinya schaat (panggilan sayang dalam bahasa Belanda) Panggilan itu setiap saat, setiap momen diucapkan sampai akhir hayatnya.
Sofa
Rencana mau perbaiki sofa ruang nonton tv yang robek, sudah menganga, tak enak buat duduk, tiduran dan pula tak sedap dipandang. Hanya satu sofa tiga "seat" yang robek, sedang yang dua seats masih aman terkendali. Bahkan hanya satu saja dari 3seat itu yang robek parah. Tapi kalo hanya ganti satu saja, jadi belang dong. Malahan lebih tak sedap dipandang. Soal ganti yang robek dan warna belang jadi bahan diskusi panjang, tatap muka dan lewat wa. Lalu...
"oke pak, saya terima catatan ini, saya akan kontak bapak setelah berunding dengan isteri." sambil perhatikan rincian catatan si bapak.
"oya, apakah bisa ditawar?". Lanjut saya.
"bisa pak, tapi gak jauh dari harga yang saya tawarkan." katanya.
"siyap. Saya kabari segera."
Sambil jalan keluar basa basi tanya asal si bapak. Dia orang Garut sudah lama buka usaha di sekitar Kalimanggis, dekat arah Gunung Putri, Citeurep. Kantor pemasaran di jalan alternatif Cibubur yang terkenal macet.
Hari yang sama, dua kawan di wa grup kirim dua nomor hp tukang yang biasa perbaiki sofa. Langsung wa mereka, cerita rencana saya. Mereka kasih penawaran, rinciannya sama, harganya nyaris sama, hanya salah satunya pake ongkos transport. Alasannya lokasi berada di luar Jakarta. Akhirnya pilih yang satu lagi. Lokasi dekat, dan tukangnya langganan kawan baik dekat rumah. Besok janjian mau ambil sofa dan bayar dana buat belanja dan bahan.
Sofa penting untuk kenyamanan. Duduk selonjor sambil nonton televisi, walau tak lama, karena selanjutnya televisi nonton kami yang bablas ketiduran. Selamat hari minggu.
Monday, 1 July 2019
Tanah Air Beta
Indonesia memiliki 18.000 lebih pulau. Konon 6000 an tidak berpenghuni. Tersebar sekitar katulistiwa, iklim tropis. Terletak antara benua Asia dan Australia, antara lautan Pacific dan Hindia.
Seratus dua puluh tujuh gunung api aktif. Masa lalu beberapa gunung api itu pernah meletus dampaknya mendunia. Krakatau dan Tambora menyebabkan hujan abu dan awan menyelimuti planet ini, gelap, dan katanya berbulan bulan, membuat benda cair membeku.
Antisipasi, menebar pengetahuan dan sikap mental atau kebudayaan yang menyelaras dengan alam penting sekali. Membaca tanda alam dengan kemampuan teknologi mutahir harus diajarkan sejak dini, melalui Paud. Memuat pelajaran dalam mengurangi risiko bencana dan yang berkaitan dengan itu.
Semua warga penduduk Indonesia mesti tahu keadaaan alamnya. Yang korupsi, radikal, lomba senjata, dan narkoba dan masalah masalah lainnya yang bikin resah masyarakat juga mesti tahu. Adu kekuatan, adu kekuasaan, membuat lupa di tanah air tempat kita hidup. Pengetahuan, teknologi dan kebudayaan harus mulai dari tanda, petunjuk alam dan lingkungan. Ingat, planet bumi cuma satu, kalo meledak, apapun kekuatan, kekuasaan, kekayaan tak ada artinya.
"Tempat berlindung di hari tua, tempat akhir menutup mata" mengutip dari potongan lirik Indonesia Pusaka, karya Ismail Marzuki
Mesin Jahit Singer
Sekarang sih sudah berganti model, beda jauh dengan yang klasik. Sekarang hampir tidak ada keluarga yang punya karena tidak merasa perlu mesin jahit.
Zaman awalnya beredar tidak banyak keluarga punya mesin jahit karena mahal. Pemiliknya sangat terbatas, hanya kalangan orang Belanda, Indo, Tionghoa, dan kalangan priyayi. Barang ini jadi simbol status daripada fungsi sebenarnya.
WAG RT
Di situ pesannya tertulis:
" besok ada pemadaman listrik mulai jam 10 sampai dengan jam 13." Ada foto surat pemberitahuan dari PLN.
"Kalo tau listrik mati idup mati idup mendingan cabut aja kontaknya (kontak dari listrik ke tv)." Katanya menggerutu.
Kalau saya sih, buru buru penuhin bak mandi, ember, beresin cucian, penuhi air di tangki selagi listrik belum dipadamkan. Rumah tanpa air gak nyaman.
Pesan lain masuk. Berita anak hilang. Bukan warga sini. Katanya asal Tasik. Anggota grup tidak ada yang kenal. Pengirim mengatakan bahwa anak itu sementara dititip ke warga. Langkah lanjutan akan lapor ke polisi. Setelah itu belum ada berita lanjutan.
Berita yang kerap muncul di Wa grup adalah jadwal ronda. Saya tak termasuk dalam kelompok ronda. Saya tidak bertanya soal itu. Apalagi RT tidak suruh saya ikutan ronda. Tapi harus bayar iuran bulanan. Jadi begitu saja ceritanya.
'Kode pos tempat kita berubah. Semula 16954 menjadi 16454. Sekalian ini Pak". Pak RT menyerahkan papan dinding no.rumah, lengkap dengan RT/RW Kelurahan dan kode pos.
Teknologi medsos maju pesat. Pak RT tidak perlu keliling pintu ke pintu memberitahu warganya, Cukup melalui WA. Menurut pak Rt media ini untuk memantau keadaan warga. Yang tak ada beritanya di wa, didatangi.
Pemilik rumah wajib memberitahu ke Rt identitas pengontrak. Beliau wanti wanti, sekarang banyak kerja pengontrak yang "tak jelas". "Semoga yang tak jelas itu bukan pengedar narkoba dan bukan teroris, yang sekarang sering ada di berita televisi.
"Amit amit tujuh turunan. jangan terjadi di kampung kita" kata pak RT mengakhiri obrolan enteng entengan
Oman Hobi Mancing
Oman terbangun dengar suara berisik, langsung berdiri, tengok kiri kanan depan. "Dimana saya!. Teriak "hei hei" panggil orang." "Kok saya di kerangkeng" Tak lama datang dua pria berseragam. "Kamu skarang ditahan,karena masuk wilayah ini tanpa paspor.".
"Kamu sekarang di penjara Singapore". Pria beseragam itu menjelaskan kenapa ditangkap dan dijebloskan penjara, runut dari temukan sampai soal tata tertib uu, dll."
"Saya itu mancing, di muara, trus ketiduran kok sekarang di penjara. " Oman menjelaskan pake bahasa melayu campur inggeris. Petugas tak percaya, "kamu disini sampe ada perintah'.
Oman sedih, utk menghibur diri dia menyanyi. Mula2 lagu indonesia, trus lama2 barat. Suara mula pelan, karena gak ada tang protes makin keras. Semua penghuni penjara suka. Sipir juga suka. Oman sering ditanggap, ada musik, band, oman yang nyanyi. Makin lama makin dikenal, bahkan sampe luar penjara. Masuk berita di koran majalah bahasa inggeris, mandarin, india dan melayu, dan televisi. Berita oman sampe diketahui perdana menteri Lee Hsien Loong yang waktu itu kedatangan perdana menteri malaysia Mahathir Mohamad. Oman diundang datang ke istana, bernyanyi.
Dua perdana menteri puas. Memuji suara oman tak ada duanya di dunia. Suaranya bisa mengikuti suara binatang, air, suara alam pokoknya. Oman diundang ke malaysia, thailand, laos, vietnam, filipin. Semua negara asean mengundang nyanyi Oman.
Medsos ramai membicarakan Oman. mark Zuckerberg Bill Gates khusus mengundang, Oman. Ratu Elizabeth memberi gelar Sir.
Pencak Silat
"Kita harus belajar silat ke pak syukur. supaya genk kita jadi tambah kuat." kata Oman. Semua setuju. memang kepengen punya ilmu dan kagum kehebatan Pak Syukur.
"Cuma mesti tanya dulu ke Pak Syukur apa dia mau terima murid." kata salah satu anggota. Dia tinggal tak jauh dari rumah calon guru silatnya. Jadi lebih tahu kalau murid Pak Syukur sudah banyak.
"Dia punya banyak murid. Mungkin saja tak mau menerima murid lagi." Demikian kata si anggota genk itu. Jadi harus dipastikan Pak Syukur mau terima murid baru."
"Biar saya saja yang tanya ke murid muridnya. Kan deket dari rumah."
Lampu hijau. Pak Syukur bersedia menerima murid baru. Bulat semangat seluruh genk akan datang malam Jumat ke tempat Pak Syukur. Langsung ke tempat latihan di lapangan sepakbola.
Depot Hok Lay
"Lho kok udah habis koh."
"Yang pesen banyak pak" suaranya pelan, medok jawa gaya malang, yang akhir kalimat pake mengucap "a".
Beneran legendaris.
(Wisata Kuliner Malang, 23Juni 2019)
Evolusi tutup botol
Drink Better Live Better: kisah migran
Seperti tulisan di kaosnya, Pak Roso, asal wonosari jawatengah, adu nasib di kota Malang sejak 40tahun lalu, masih bujangan, menjaja bakso keliling, mangkal, jaja es campur, lalu nikah sampai bercucu delapan.
"Genjot becak, bawa penumpang, sekedar isi waktu mas." Semua biaya hidup ditanggung anak dan cucunya yang bekerja sebagai guru, karyawan swasta dan pengusaha sablon dan warung nasi.
Abon Sapi
"Nanti kamu keluar jalan ini, ketemu jalan besar, jalan Mayjen Sungkono, belok kiri, ikuti jalan itu aja, terus, sebelum lampu merah, belok kiri, tokonya ada di situ."
"Oke"
Mumpung masih belum panas banget, kita bergerak ke alamat yang dituju. Sebelumnya sudah memastikan bahwa tempat itu searah dengan tempatnya ice cream legendaris Surabaya. Lalu bergeraklah kami menuju toko abon sapi.
"Ini dia belokannya, sebelum lampu merah." Dalam mobil isi tiga orang saling mengingatkan. Ya, kami belok sesuai petunjuk. Benar saja, ada toko abon. Tapi yang mana ya. Nyatanya sepanjang jalan itu berderet toko abon. Cari tempat agak pas, lalu parkir.
"Halo, di sini banyak toko abon.Toko abon yang mana? Nama tokonya apa?"
"Wah sebentar, aku tanya dulu." Kedengaran suara di sana, tanya nama toko.
"Nama toko nggak tau, cuma katanya toko pertama pas belok ke jalan itu."
"Oke deh." Dalam hati, cilaka kakak itu nggak tahu nama tokonya.
Toko pertama itu ada dua, berdempetan. Kami ambil keputusan beli sebagian abon di toko yang satu, sebagian lainnya di toko sebelahnya.
"Nah iya bener yang ini. Rasanya enak. Ini asli."
Syukur deh. Sepertinya abon sapi di dua toko yang berdempetan itu, dua duanya asli. Sebab, dua duanya enak. Setidaknya setelah lelah keliling kota Surabaya, mampir ice cream, makan siang di resto chinese food, misi berhasil.
Abon sapi sudah sampai tujuan di rumah kakak di Jakarta. Rasanya memang beda. "Enak enak gimana gitu."
Jalan Kenari dan Kota Surabaya
Tetangga depan rumah, punya pohon kedondong. Pohonnya tinggi, buahnya banyak. Sampai bosan makan rujak kedondong. Pagi berangkat sekolah di seberang Kali (daerah Genteng pinggir sungai/kanal), naik becak langganan yang sudah menunggu depan rumah. Lupa nama pengemudinya.
Ujung jalan ada warung, jualan pisang goreng dan es campur. Rasanya paling enak sedunia. Warung itu milik orang Madura. Isterinya jualan, suaminya tukang parkir. Dekat situ, seberang jalan, tetangga kami punya pohon Kersyen, buahnya merah, manis. Kalau tak salah keluarga Minahasa. Kami sering main ke sana di sore hari. Beli pakaian di toko Sentral, atau toko Nam, atau toko toko di pasar Tunjungan (waktu itu seingat saya disebut pasar, ada lorong dan kios tempat berjualan). Adapula toko besar segala ada seperti Siola (sampai sekarang masih ada, hanya berubah fungsi jadi museum).
Jalan jalan kota Surabaya, pasti naik becak. Makan lontong balap dan tahu tek tek di depan bioskop Arjuna di embong malang. Makan soto! Di hampir semua warung madura jualan soto. Tinggal pilih. Rasanya relatif sama. Sama enaknya. Lalu rawon pun demikian.
Sampai tahun 70an, setelah kami pindah Jakarta,. Masih beberapa kali ke surabaya. Menginap di rumah jalan Kenari yang kala itu sudah ditempati oleh om dan tante saya. Jalan jalan, dengan mobil, keliling Surabaya, dari Wonokromo sampai Tugu Pahlawan, dari pantai Kenjeran sampai Kebun Binatang.
Puluhan tahun kemudian, Surabaya berubah. Makin meluas, penduduk makin banyak, barangkali sudah tidak kelihatan batasan dengan kota penyangga seperti Sidoarjo, Gresik, Mojokerto.
Jalan jalan sekitar Kenari, pasar genteng, embong malang, dalam lingkaran yang lebih luas, Kaliasin (tempat lahirnya Super Grup Rock AKA), Blauran, Gubeng, Darmo, bahkan Ngagel di ujung yang satu dan Perak (kompleks Pangkalan Angkatan Laut) di ujung lainnya terasa dekat. Baru menyadari jalan Kenari itu ada di tengah kota. Tidak mengherankan menjadi rebutan Pemkot dan pihak swasta.