Siapa Dia?
Sejak situasi pandemic terus membaik,
pemerintah memberi pelonggaran mobilitas domestic dan karantina, berbondong bondong
orang Jakarta berlibur ke segala tempat wisata. Bali tetap jadi tujuan wisata
paling popular. “Inga inga, tetap prokes” demikian juru bicara covid 19 berulang
mengingatkan di media media utama dan media social.
Kalau wisata di Bali ada pantai Kuta,
Sanur, kalo di sini ada pantai Duta dan pantai Sanura, pantai indah menawan,
pasir putih, air hijau bening, dua ratus meter dari bibir pantai masih bisa
jalan, sambil melihat ikan ikan dan binatang laut lainnya berenang renag kian
kemari. Belum banyak dikenal orang, masih sangat alami. Tidak ada penginapan,
apalagi taman bermain anak anak dan dewasa.
Barangkali hanya penunjuk jalan dan aku yang pernah datang ke tempat
itu. Tersembunyi, melewati rintangan semak dan pohon bakau, sebagian seperti
pantai berpasir dan berrawa, mesti jalan sejauh satu jam untuk mendapat spot pantai yang indah.
“apakah ada pantangan pantangan
datang ke pantai sini?”
“ah sama sekali tidak ada pantangan,
asalkan kuat jalan kaki dari pinggir jalan, masuk menerobo semak belukar. Tidak
ada pantangan apapun di sini. Sudah beruntung kalau ada orang yang mau datang
ke sini.
“jadi tidak ada pantangan seperti pantang mengenakan pakaian warna hijau. Bukan saja pakaian ada yang lainnya yang pantang, Gelang, kalung, batu cincin, apa saja yang
warnanya hijau nggak boleh dipakai…”
Kalau ke Laut selatan, kami sudah
diwanti wanti, bahkan di terminal menuju pantai para sopir angkut sudajh wanti
wanti pengunjung pantai. Kalau di sini nggak ada ya Bang!
Malam aku tidur di pasir putih, ambil
jarak dari bibir pantai sebab kalau malam air pasang, terasa hangat sekali.
Tiduran memandang jutaan bintang di langit, ada aquarius , gemini virgo sagitarius, aku dengan mudah dapat membaca
lokasi lokasi itu, ilmu falak di sekolah dapat nilai tertinggi. Rasanya rasi
bintang itu makin lama makin mendekat, bintang bintang berlompatan dari satu
tempat ke tempat lainnya, barang kali seperti halnya di bumi, mereka berkunjung
dari tetangga ke tetangga.
Angin semilir di pantai itu, aku
terbangun karena terasa dingin, memasukan anggota badan dalam pasir yang
hangat, lalu tertidur lagi. Bangun karena matahari menyengat.
Lho kemana penunjuk jalan, yang ada
beberapa anak kecil nelayan.
“Kemana kawan saya? “Bathinku mungkin
kawan itu pergi cari makan, ah tak mungkin di sini tidak ada warung. Aku bertanya
pada anak anak nelayan itu.
Mereka heran, tidak ada orang lain
selain om? Di kota semua orang ramai mencari om, karena sejak semalam nggak
ada. Teman teman om sudah melapor ke polisi setempat, mereka mencari. Ternyata
om ada di sini, jauh sekali jalan kali dari hotel.
Aku terbengong bengong mendengar
penjelasan bersahut sahutan anak anak yang mengelilingku di pantai.
“Kemarin sore. Om dianter sama pemuda
ke tempat ini” begitu kataku ke anak anak itu
Pemuda? Coba om ingat ingat apakah
pemuda itu berbadan tegap?
Iya benar
Apakah pemudia itu berkalung lempengan
warna emas? Apakah rambut digelung rapi dengan ikatan emas?”
Aku terpaksa mengingat inga tapa yang
ditanyakan oleh anak anak itu
“Iya ya benar, rasanya memang dia
pemuda yang mengantar saya ke tempat ini.”
“mari om kami anter kembali ke hotel…ini
pakai sarung..” Aku baru sadar kalau hanya memakai celana renang saja. Pakaianku
di mana, mataku mencari sekeliling tak menemukan pakaianku.
“Tidak ada pakaian om di sekitar sini..”
rupanya anak anak itu membaca pikiranku.
“jadi siapa yang membawa saya ke tempat
ini?”
Mari om kita ke hotel, naik
sepedamotor saja, kawan ini bawa sepeda motor di belakang semak.
Sekejap langsung di depan hotel yang
ramai
“si om sudah kembali….si om sudah
kembali...”
Aku seperti orang linglung masuk
hotel. Di situ sudah lengkap ada dari polsek, koramil, tim sar dokter dan
bahkan Camat dan Bupati. Mereka semua menyalami, media CNN, Al Jazeera, BBC,
NBC, BLBL, BPJS semua berebut mau wawancara. Semua dihalau Satpol PP yang menjaga
di pintu masuk hotel.
Satu dua hari istirahat tak membuat
kota menjadi sepi. Semua tetap berkumpuil di depan hotel tempat aku menginap. Bahkan
di kiri kanan hotel berdirin warung warung makanan dan minuman dadakan. Jalanan
di tutup sebab ada tempat permainan anak anak di situ, seperti komidi putar mini,
ada jualan mainan dan banyak yang lainnya, jalanan ramai.
Salah seorang warga di dekat hotel
itu mengatakan bahwa ini peristiwa yang belum tentu terjadi serratus tahun
sekali. Aku mencuri dengar penjelasan orang orang di situ. Katanya om yang
hilang itu telah bertemu dengan dewa jagad raya yang selalu datang setiap serratus
tahun sekali.
Sore itu aku ditemui oleh seorang
kakek. Dia nekad mau bertemu dengan aku, walau sudah ada penjagaan ketat. Kalu
izinkan dia ketemu.
“terima kasih nak….benar kata kakekku
bahwa dia akan datang lagi..
Siapa?
Orang itu yang menemu Ananda
Apakah kakeknya kakek bertemu dengan
orang yang membawa saya ke pantai?
Bukan kakek saya, tetapi kakeknya
kakek saya yang menceritakan bahwa dia bertemu dengan pemuda yang cirinya seperti
diceritakan oleh Ananda.
Tapi saya nggak cerita ke kakek
Peristiawa ini sudah terkenal, cerita
Ananda ke anak anak di pantai sudah tersebar sampai penjuru dunia.
Ada satu hal yang ingin saya tanya,
apakah Ananda melihat bintang2 di langit terasa dekat sekali? “
Iya kok kakek tahu?
Apakah Ananda diajak bertamasya dari
satu bintang ke bintang yang lain? …apakah Ananda duduk Bersama di suatu ruang yang
cukup banyak orang dengan pakaian yang aneh berbicara satu degan lain dalam Bahasa
aneh?
“semua benar, walau bahasanya aneh
tapi saya mengerti”
Berarti dia memang datang lagi ke
bumi.
No comments:
Post a Comment