Wednesday, 30 March 2022

Siapa Dia

 

Siapa Dia?

Sejak situasi pandemic terus membaik, pemerintah memberi pelonggaran mobilitas domestic dan karantina, berbondong bondong orang Jakarta berlibur ke segala tempat wisata. Bali tetap jadi tujuan wisata paling popular. “Inga inga, tetap prokes” demikian juru bicara covid 19 berulang mengingatkan di media media utama dan media social.

Kalau wisata di Bali ada pantai Kuta, Sanur, kalo di sini ada pantai Duta dan pantai Sanura, pantai indah menawan, pasir putih, air hijau bening, dua ratus meter dari bibir pantai masih bisa jalan, sambil melihat ikan ikan dan binatang laut lainnya berenang renag kian kemari. Belum banyak dikenal orang, masih sangat alami. Tidak ada penginapan, apalagi taman bermain anak anak dan dewasa.  Barangkali hanya penunjuk jalan dan aku yang pernah datang ke tempat itu. Tersembunyi, melewati rintangan semak dan pohon bakau, sebagian seperti pantai berpasir dan berrawa, mesti jalan sejauh satu jam  untuk mendapat spot pantai yang indah.

“apakah ada pantangan pantangan datang ke pantai sini?”

“ah sama sekali tidak ada pantangan, asalkan kuat jalan kaki dari pinggir jalan, masuk menerobo semak belukar. Tidak ada pantangan apapun di sini. Sudah beruntung kalau ada orang yang mau datang ke sini.

“jadi tidak ada pantangan seperti pantang mengenakan pakaian warna hijau. Bukan saja pakaian ada yang lainnya yang pantang, Gelang, kalung, batu cincin, apa saja yang warnanya hijau nggak boleh dipakai…

Kalau ke Laut selatan, kami sudah diwanti wanti, bahkan di terminal menuju pantai para sopir angkut sudajh wanti wanti pengunjung pantai. Kalau di sini nggak ada ya Bang!

Malam aku tidur di pasir putih, ambil jarak dari bibir pantai sebab kalau malam air pasang, terasa hangat sekali. Tiduran memandang jutaan bintang di langit, ada aquarius , gemini virgo  sagitarius, aku dengan mudah dapat membaca lokasi lokasi itu, ilmu falak di sekolah dapat nilai tertinggi. Rasanya rasi bintang itu makin lama makin mendekat, bintang bintang berlompatan dari satu tempat ke tempat lainnya, barang kali seperti halnya di bumi, mereka berkunjung dari tetangga ke tetangga.

Angin semilir di pantai itu, aku terbangun karena terasa dingin, memasukan anggota badan dalam pasir yang hangat, lalu tertidur lagi. Bangun karena matahari menyengat.

Lho kemana penunjuk jalan, yang ada beberapa anak kecil nelayan.

“Kemana kawan saya? “Bathinku mungkin kawan itu pergi cari makan, ah tak mungkin di sini tidak ada warung. Aku bertanya pada anak anak nelayan itu.

Mereka heran, tidak ada orang lain selain om? Di kota semua orang ramai mencari om, karena sejak semalam nggak ada. Teman teman om sudah melapor ke polisi setempat, mereka mencari. Ternyata om ada di sini, jauh sekali jalan kali dari hotel.

Aku terbengong bengong mendengar penjelasan bersahut sahutan anak anak yang mengelilingku di pantai.

“Kemarin sore. Om dianter sama pemuda ke tempat ini” begitu kataku ke anak anak itu

Pemuda? Coba om ingat ingat apakah pemuda itu berbadan tegap?

Iya benar

Apakah pemudia itu berkalung lempengan warna emas? Apakah rambut digelung rapi dengan ikatan emas?”

Aku terpaksa mengingat inga tapa yang ditanyakan oleh anak anak itu

“Iya ya benar, rasanya memang dia pemuda yang mengantar saya ke tempat ini.”

“mari om kami anter kembali ke hotel…ini pakai sarung..” Aku baru sadar kalau hanya memakai celana renang saja. Pakaianku di mana, mataku mencari sekeliling tak menemukan pakaianku.  

“Tidak ada pakaian om di sekitar sini..” rupanya anak anak itu membaca pikiranku.

“jadi siapa yang membawa saya ke tempat ini?”

Mari om kita ke hotel, naik sepedamotor saja, kawan ini bawa sepeda motor di belakang semak.

Sekejap langsung di depan hotel yang ramai

“si om sudah kembali….si om sudah kembali...”

Aku seperti orang linglung masuk hotel. Di situ sudah lengkap ada dari polsek, koramil, tim sar dokter dan bahkan Camat dan Bupati. Mereka semua menyalami, media CNN, Al Jazeera, BBC, NBC, BLBL, BPJS semua berebut mau wawancara. Semua dihalau Satpol PP yang menjaga di pintu masuk hotel.

 

Satu dua hari istirahat tak membuat kota menjadi sepi. Semua tetap berkumpuil di depan hotel tempat aku menginap. Bahkan di kiri kanan hotel berdirin warung warung makanan dan minuman dadakan. Jalanan di tutup sebab ada tempat permainan anak anak di situ, seperti komidi putar mini, ada jualan mainan dan banyak yang lainnya, jalanan ramai.

Salah seorang warga di dekat hotel itu mengatakan bahwa ini peristiwa yang belum tentu terjadi serratus tahun sekali. Aku mencuri dengar penjelasan orang orang di situ. Katanya om yang hilang itu telah bertemu dengan dewa jagad raya yang selalu datang setiap serratus tahun sekali.

Sore itu aku ditemui oleh seorang kakek. Dia nekad mau bertemu dengan aku, walau sudah ada penjagaan ketat. Kalu izinkan dia ketemu.

“terima kasih nak….benar kata kakekku bahwa dia akan datang lagi..

Siapa?

Orang itu yang menemu Ananda

Apakah kakeknya kakek bertemu dengan orang yang membawa saya ke pantai?

Bukan kakek saya, tetapi kakeknya kakek saya yang menceritakan bahwa dia bertemu dengan pemuda yang cirinya seperti diceritakan oleh Ananda.

Tapi saya nggak cerita ke kakek

Peristiawa ini sudah terkenal, cerita Ananda ke anak anak di pantai sudah tersebar sampai penjuru dunia.

Ada satu hal yang ingin saya tanya, apakah Ananda melihat bintang2 di langit terasa dekat sekali? “

Iya kok kakek tahu?

Apakah Ananda diajak bertamasya dari satu bintang ke bintang yang lain? …apakah Ananda duduk Bersama di suatu ruang yang cukup banyak orang dengan pakaian yang aneh berbicara satu degan lain dalam Bahasa aneh?

“semua benar, walau bahasanya aneh tapi saya mengerti”  

Berarti dia memang datang lagi ke bumi.

No comments:

Post a Comment