Tuesday, 29 March 2022

Cerita Bang Jenggo

CERITA BANG JENGGO

Supaya anggota kelompok ronda tidak cepat mengantuk,  mata tiap orang yang pas kebetulan jaga ronda silih berganti cerita pengalaman masing masing. Kadang cukup mendengar, kadang ada yang menanggapi menjadi obrolan yang menarik. Biasa pak RT yang membuka cerita dengan bicara soal program kelurahan, ceritanya membosankan dan bikin orang di situ justru cepat ngantuk.

Setelah lewat tengah malam, angin sering semilir jam 12 malem biasanya yang cerita adalah Bang Jenggo, tokoh pemuda yang cukup kesohor karena punya banyak pengalaman segudang urusan pengaturan kampung versi anak muda. Namanya cerita gaya anak muda, yang mendengar tidak bosan, karena pake bumbu cewek manis, naksir sana sini, rumus dan pedoman mendekati cewek, kalua cewek cewek mendengar pasti mencibir sekaligus cengengesan ketawa karena dianggap hanya fantasi saja, tapi begitulah cerita bang Jenggo paling ditunggu.di pos ronda yang lelaki semua. 

Malam itu dia cerita agar aneh. Tidak seperti biasanya, bukan soal pengaturan kampung tapi soal roh gentayangan. Katanya roh itu masih berada di sekitar kita, bergaul dan sering menampakan diri. Orang orang di sini ada yang bilang itu Kuntilanak, jin, jejadian, setan iblis banyak istilahnya yang pasti itu roh gentayangan .

Katanya bang Jenggo cerita begitu karena memang baru sembuh dari penyakit yang tak ketahuan sakit apa. Kepala Dusun yang juga orang pintar yang mengatakan bahwa bang Jenggo kemasukan roh gentayangan tapi rohnya masih mengampuni karena bang Jenggo orang di sini.

“Aku sekarang percaya kenapa para lelaki ronda takut sekali bertemu dengan kuntilanak, sebab wujud Kuntilanak itu  amp bermacam macam, kelakuannya juga macem macem….jangan percaya Kuntilanak tidak mengganggu para lelaki. Jangan percaya Kuntilanak hantu perempuan yang suka anak kecil, hanya mengganggu wanita yang baru saja melahirkan….”

Terus Kuntilanak kayak gimana sih bang!.....jadi serem…..jadi  amp nakut nakutin laki dan perempuan, siapa saja gitu! ….” kata Yanto yang suaranya sedikit agak bergetar.

“bukan Cuma itu, kuntilanak …..ehm….” Bang Jenggo berhenti melongok ke belakang para pemuda yang duduk meringkuk di pos ronda. “Kuntilanak itu  amp menjelma jadi apa saja, jadi kucing hitam, atau anjing yang taringnya tajam, bisa pula jadi anak anak yang lucu tapi matanya kelewat mengerikan….atau…..” bang Jenggo berhenti sejenak  amper menatapi orang orang di situ

….atau apa Bang?....jangan bikin kita takut dong bang!”

Minggu lalu, tengah malam  aku melewati terowongan

Terowongan mana bang?

Itu yang deket dengan tempat orang orang sini buang sampah, di samping situ kan ada selokan, agak lebar, biasa tempat anak anak kecil main 

terus kenapa bang…..

di situ aku liat kamu, Mit, Mamit langsung mengkeret. Di situ kamu dan beberapa anak kecil sedang bermain di dekat sumur…..Kamu korek korek sampah, lalu nimba dengan seseorang yang tinggi besar di situ, dekat di sumur…” dalam hatiku sejak kapan ada sumur di situ, sejak kapan kamu nimba padahal ada pompa jet pump  di rumahmu, …. sejak kapan kamu ikutan ketawa dengan anak anak di situ. Semua jadi Nampak ganjil.  …

Duh jadi merinding….cerita ini….

Bagi ku roh gentayangan dan kuntilanak sama saja, itu roh yang masih berkeliaran. Kebetulan saja  roh roh gentayangan termasuk roh anak anak sedang bermain di situ aku lihat.  Rasanya mereka tidak dengan sengaja menakut nakuti saya,  tetapi buat saya melihat mereka di tempat yang ganjil bikin tengkuk merinding, bulu tangan dan muka jadi berdiri. Aku heran kenapa malam itu lihat.

Bayangkan anak anak malam malam main di dekat sumur yang nggak pernah diketahui kapan dibuatnya. Lalu ada kamu, Mit, di situ. Nggak sadar aku memanggil namamu….semua yang di situ menengok ke arahku. Mata mereka semuanya k, seperti tidak ada gairah, padahal mereka bermain. Seorang yang dewasa menggerakan kelihatan aneh, lengannya memanjang seperti karet.  Telapak tangan anak anak itu tiba  tiba sudah berada di depan wajahku, kaget nggak ba   bi   bu   langsung berbalik lari pontang panting.  

Aku baru sadar sudah berada di tempat tidur, sedang dipijat oleh kepala dusun. Terbata bata aku cerita pengalaman itu.

“Ya memang di situ menurut orang tua para leluhur kita, di tempat yang kamu ceritakan itu ada sumur dan dekat situ ada rumah rumah tua dan halaman rumah itu penuh kuburan. Tempat orang orang bermain.

Apa yang diceritakan oleh Kepala dusun, kok  amp persis seperti yang aku lihat malam itu. Dalam hati semoga nggak terjadi lagi….bang Jenggo kemudian mengakhiri ceritanya  orang orang tanpa sadar saling duduk sarungan dalam posisi berdempetan. 

Satu lagi kata bang Jenggo “yang paling menakutkan….. adalah, kuntilanak atau roh itu menjelma menjadi salah satu dari kita…... Seperti ketika aku lihat kamu Mit! Ternyata itu bukan dirimu, ternyata hihihihhii roh gentayangan…”

….....aduh mengerikan jangan begitu ah bang “ aku jadi takut sama diriku sendiri.

Di…Edi…..lu malahan tidur aja dari tadi…kita semua udah tegang denger cerita kuntilanak iblis eh …elu malahan tidur…”

Emang itu Edi “sahut Mulyoto….Edi tadi bilang nggak bisa ronda….” lanjut Mulyoto

Eh iya…iya ….Edi tadi bilang nggak ikut ronda….” sahut Yendri menimpali…

Lalu yang tiduran tengkurep ini siapa?,…..Hah bukan Edi ini saling sahut menyahut….edi kan kurus kering…Serentak semua lompat mundur dari pos ronda…, balik badan tunggang langgang,  tak terkecuali bang Jenggo.

No comments:

Post a Comment