Kota di Kaki Gunung
“Namamu sebenarnya siapa sih? “
“Ken….. Kenapa?”
Ah tidak, munculmu tiba tiba dari semak membuatku bertanya tanya. Selain
itu di daerah sini hampir semua orang Nama depannya Ken… Begitu percakapan dua
orang pemuda sebaya yang bertemu di simpang lereng gunung, yang kemudian dengan cepat akrab
lalu mereka bersama turun menyusuru jalan setapak
dari gunung sebelah yang menjulang. Gunung itu terkenal angker, tetapi dua orang
itu sepertinya tidak takut dengan julukan gunung angker. Mereka berdua siul siul
dan bercakap senda gurau sambil turun gunung.
Kenapa kamu pelihara kumis dan jenggot Ken?
“Ah kamu juga pelihara rambut di muka yang sama. Apa alasanmu?
Hahhahahahha tanpa sadar mereka saling menertawakan diri mereka….sambil dua orang itu tertawa bebas, jalan merendeng
berdua membuat mereka makin akrab,
“Depan situ ada telaga, mari kita berkaca, untuk membuktikan bahwa sudah berbulan bulan
tidak pernah memotong kumis dan jenggot….lagi pula buat apa, masing masing
merasa tidak penting berwajah klimis seperti orang istana. Lagi pula tak satupun
orang di lereng gunung dan hutan…..”
Ayooo, sambil dengan lincah Ken berlari berloncatan…..eh nama kamu siapa
ya?”
Ati ati kata orang di sini ada penunggunya…namaku Bondan sambil
berlarian
Ah mana berani yang menunggu itu mengganggu kita,…kita kan baru saja
melewati lereng gunung dan bukit terjal yang tidak pernah dilalui orang. …
Sebenarnya kamu mau apa melewati lereng gunung yang jauh dari kampung
halamanmu….Aku sendiri malas ke kota, di lereng gunung sini memang tempat aku
menenangkan diri di kala suasana rumit di kota. Jelas Bondan
Ah kamu pasti orang kota? tepatnya orang istana, mana ada orang biasa yang berani
masuk hutan…kamu pasti orang yang punya ilmu. Yang tidak takut dengan mahluk penunggung di
lereng gunung.
Ia aku orang kota, aku biasa menyepi di sini,, lalu kamu ada apa datang
ke sini?
Aku mau lihat kota, kata orang kotanya bagus Kata Ken “benarkah demikian?”
Ah nanti kamu liat sendiri kotanya….kota indah, penduduknya ramah,
hampir tidak pernah ada perkelahiran di jalan, mereka membangun kuil kuil untuk
peribadatan. Satu di timur satu lagi di barat.
Apa nama kota itu? Orang orang di sebelah gunung selalu memuji kota itu,
kota yang hangat dengan keramah tamahan penduduknya, kota yang penduduknya
tidak pernah menganggur,
…Katanya penduduk setiap saat gotongroyong membangun selokan selokan keliling
kota, sawah dan danau danau di beberapa tempat di kota itu, ada hutan hutan
yang ditata indah. Katanya pembangunan itu membuat agar kota punya sumur
resapan yang alamiah…”.
Saya jadi kepengen liat seperti apa kota itu, bahkan katanya kota itu membangun saluran air dari gunung sampai laut, kalau hujan turun tak terkendali, maka dialirkan ke laut. Luar biasa raja yang membangun kota itu. Saya ingin belajar dari kota ini. O ya apa nama kota ini?
Tumapel.
No comments:
Post a Comment