Friday, 7 April 2023

Jumpa Tetangga

 


Uploading: 327789 of 327789 bytes uploaded.

Jumpa Tetangga
Orangtuaku memutuskan kembali ke kota tempat aku lahir. Rasanya aneh juga orangtua ini, kenapa setelah aku merasa nyaman dengan kota yang sekarang, orangtua malahan pindah.  Untuk apa ke kota ini. Tidak ada relevansinya buat aku. Aku sudah tidak ada di kota ini sejak usia delapantahun. Masih ingat walau samar samar mengenal bentuk dan isi rumah. Itupun aku ragu, apakah betul karena peta kognisiku yang sudah mampu menyerap, atau ini karena cerita ayah dan ibu tentang rumah. Masih melekat di pikiran bahwa ada jejeran tanaman bunga anggrek yang digantung di dua pohon mangga di pekarangan depan. Ada pohon nangka di belakang. Ada sedikit ruang di pekarangan belakang tempat aku dan teman teman main kelereng, main tali dan sekedar lari lari keliling. 
Tak ada satupun tetangga yang kuingat. Menurut ibu, aku suka menggoda tetanggaku namanya Rina yang tinggal persis sebelah rumah. Setiap Rina dan teman teman perempuannya bermain, aku datang dan merecoki mereka. Kadang mereka senang, karena dianggap sebagai hiburan, kadang mereka marah, dan aku dilempari sendal. 
Ibu, selalu memperingati supaya tak menggoda anak perempuan. Ibu menyuruh aku bermain dengan teman laki laki, dan menyingkir dari situ. 
Kenangan itu, mungkin jadi salah satu motivasiku untuk menerima usulan pindah. Kataku itu artinya pindah kembali ke masa lalu.
Mencari teman teman, rina, aryo, dan yang lainnya. Semoga saja mereka masih ada, walaupun tak terlalu berharap banyak. Empat puluh tahu silam, pasti semua sudah berkeluarga. Seperti apa muka Rina, masih kah seperti dulu, rambut poni, ikal, panjang sebahu, selalu cemberut kalau digoda. Tertawanya dengan gigi seri kecil kecil putih berderet bikin wajahnya yang manis makin ayu. 
Aryo, berbadan besar, lebih tinggi dari aku, jadi penjaga kelompok kita dari gangguan kelompok lain.
Aku lalu mencari teman teman main zaman dahulu. Aku ke tetangga. Rumah Rina yang kudatangi. Masuk pekarangan, iya ingat seperti gambaran masa kecil ku. Aku mengetuk pintu, tak lama kemudian terdengar. 
"sebentar! Siapa?" empuk sekali suara itu. Hati jadi berdebar debar. Siapkan apa yang mesti ditanya.
Klik, klik, dua kali bunyi kunci pintu, lalu daun pintu terbuka. Rambut ikal, sisir ke belakang, menjadi rapih karena jepitan rambut samping telinga. 
"Rina, saya Har, yang dulu tinggal samping rumah. Masih ingat kan!
Haiiiii. Apakabar mas Har. Masih ingat dong."
Eh duduk dong. Aku lagi tunggu teman sekolah main main ke sini.
Wah jadi mengganggu. Nanti skalian kenalan sama dia.
Kamu SMA di mana? Aku pindah lagi ke sini, bapak mendaftarkan aku di Pangudi Luhur. Nggal tau deh semoga betah di sekolah baru. 
Itu sekolah bagus mas. Laki semua, kalo rina di sekolah perempuan semua. 
Rina sekolah dimana? 
Tarakanita. Nanti temen sekolahku mau datang, namanya Maureen. Nanti aku kenalin deh. Anaknya baik, enak kok Sambil mata Rina melirik terus ke aku. Tapi mesti serius lo
Tamat