Add caption |
Monday, 9 June 2014
Arisan rumah yoyok 8juni2014
Pertemuan kangen kangenan antarkerabat antropologi ui. Kali ini rumah yoyok-yani jadi tuan-nyonya rumah. Beberapa foto di bawah ini adalah agenda acaranya.
Saturday, 7 June 2014
Kuliah Tepi Danau
Iseng iseng dari diskusi WA kemudian muncul gagasan membuat kuliah tentang corporate culture diwadahi oleh prof emmed yang mengajar mata kuliah bisnis antropologi. Pembicara adalah Prof gigin dan prof mering.
Ternyata respons mahasiswa sangat baik.Karena itu Gado2 berencana membuat acara KTD lanjutan dengan topik yang akan dibuat dalam waktu dekat.
Ternyata respons mahasiswa sangat baik.Karena itu Gado2 berencana membuat acara KTD lanjutan dengan topik yang akan dibuat dalam waktu dekat.
prof mering sedang memberi wejangan kiat kiat bekerja di perusahaan amerika serikat |
prof emmed pengajar kuliah bisnis antropologi |
Prof gigin menjelaskan tentang mentalitas pekerja orang jepang |
Seminar Pangeran Diponegoro
Tidak ada hubungan antara seminar dan foto danau |
Diprakarsai oleh FKAI, diselenggarakan seminar tentang jiwa kepahlawanan Diponegoro dalam mempertahankan martabat bangsa (jawa) dihadapan Belanda. Seminar menghadirkan antara lain Prof. Boedhisantoso, Prof. Tony Rudiansyah, Prof. Niniek, Prof Muke, Prof. Notty, Prof. Wieke, dan Prof Emmed. Sementara foto selama jalannya seminar belum dapat dimuat karena alasan teknis. Jadi dimuat foto landscape saja yakni
(Foto: perpustakaan UI).
Panitia seminar (lihat foto di bawah) hanya beberapa orang saja. Sisanya adalah tim penggembira.
Herman O Lantang pake topi. Tokoh legendaris Mapala UI |
Prof boedhisantoso generasi pertama antropolog bersama profesor profesor antropolog yg lebih muda |
Formasi rada lengkap dari tim penggembira |
Friday, 6 June 2014
Amalia Shadily Foto-Baduy
Foto sewaktu memasuki wilayah Baduy
Pak Nasinah, mengaku usianya 97tahun. Sekarang tidak permah lagi mengunjungi jakarta semenjak 5 tahun terakhir. Cucunya mengatakan kakeknya sering sakit. Jadi tidak diijinkan keluar kampung.
Pak Nasinah, mengaku usianya 97tahun. Sekarang tidak permah lagi mengunjungi jakarta semenjak 5 tahun terakhir. Cucunya mengatakan kakeknya sering sakit. Jadi tidak diijinkan keluar kampung.
Perubahan kebudayaan: Tenun Baduy
Banyak cerita tentang Baduy membuat kami, sebagian kecil dari grup Gado2 berminat ke Baduy. Topik yang paling ngetrend adalah perubahan kebudayaan. Kita berasumsi bahwa banyaknya wisatawan, makin seringnya orang Baduy keluar wilayah dan kembali ke kampung dengan membawa pengetahuan dan kebudayaan material.
Salah satu yang nampak adalah warna kain tenun produksi mereka. Dulu, entah beberapa tahun lalu, kain tenun Baduy berwarna hitam-putih. Sekarang tenun mereka beraneka warna.
Kain tenun Baduy, tidak untuk konsumsi sendiri, melainkan dijual. Warna-warni tenun diproduksi berdasarkan kebutuhan pasar.
Salah satu yang nampak adalah warna kain tenun produksi mereka. Dulu, entah beberapa tahun lalu, kain tenun Baduy berwarna hitam-putih. Sekarang tenun mereka beraneka warna.
Kain tenun Baduy, tidak untuk konsumsi sendiri, melainkan dijual. Warna-warni tenun diproduksi berdasarkan kebutuhan pasar.
Ciboleger, Banten
Sejak jadi daerah tujuan wisata, komuniti Baduy sekarang ramai dikunjungi wisatawan. Saat kami di sana, ada 250 wisatawan yang
berasal dari Serang.
Puluhan Bis wisata disewa untuk transportasi para wisatawa dari Serang ke Cibologer (Terminal terakhir), sebelum wisatawan masuk ke wilayah Baduy berjalan kaki. Tidak banyak bis reguler yang melayani transportasi dari kota-kota di Banten ke Ciboleger atau sebaliknya. Bis reguler hanya melayani Rangkasbitung-Ciboleger. Apakah Baduy berubah? Apakah Baduy sudah ciri khasnya? Apa yang berubah? Apa yang tetap dipertahankan orang Baduy?
penggunaan peralatan sehari hari untuk produksi beras, relatif masih dipertahankan. Kenapa demikian?
Subscribe to:
Posts (Atom)